Foto;Menyoroti fakta terkini terkait insiden ambruknya asrama pesantren di Bireuen, Aceh imbas banjir-longsor. (Instagram.com/@andreli_48)
JAKARTA – Sebagian publik di Tanah Air tengah ramai menyoroti insiden ambruknya gedung asrama dayah (pesantren) Najmul Hidayah Al-Aziziyah di Meunasah Subung, Kabupaten Bireuen, Aceh.
Asrama pesantren itu ambruk ke arah sungai di sekitarnya usai terdampak banjir bandang dan longsor yang melanda wilayah Bireuen, Aceh.
Tidak ada korban jiwa dalam insiden ini, tetapi kerugian materi ditaksir mencapai Rp6 miliar.
Hal itu dikonfirmasi oleh Pembina Dayah Najmul Hidayah Al-Aziziyah, Tgk Adli Abdullah dalam pernyataan resminya di Banda Aceh, pada Kamis, 27 November 2025.
“Alhamdulillah, tidak ada korban, karena santri sudah diungsikan dari semalam ke masjid pesantren,” tutur Adli.
Akibat insiden ini, Adli memastikan sebanyak ratusan santri telah dievakuasi ke kawasan masjid pesantren setempat dan membutuhkan pasokan logistik yang memadai.
“Kita butuh dapur darurat dan pakaian pengganti bagi santri yang menghuni asrama ini mencapai 329 orang,” terangnya.
Lantas, apa sebenarnya faktor penyebab ambruknya bangunan asrama pesantren di Bireuen? Berikut ini ulasan selengkapnya.
Sepekan Terakhir Diguyur Hujan Deras
Berdasarkan laporan warga setempat, sejumlah daerah di Aceh diguyur hujan deras dengan waktu lama sejak sepekan terakhir.
Terlebih, sebanyak 9 kabupaten telah mengalami banjir hingga longsor akibat meluapnya air sungai dan derasnya debit air.
Terkait hal itu, Adli menuturkan terkait lokasi bangunan asrama putra di dayah yang dipimpin Tgk Tarmizi M Daud Al Yusufy atau Waled Ar tersebut memang berada di tepi sungai.
Kemudian, Adli menduga arus yang deras membuat pengaman tebing sungai hancur hingga berujung ambruknya gedung.
“Longsor disebabkan batu gajah yang dipasang (pengaman tebing sungai) tidak sesuai,” tuturnya.
Tembok Pengaman Sungai Dibangun pada 2016
Dalam kesempatan yang sama, Adli menjelaskan tebing sungai di area gedung itu dibangun menggunakan batu gajah.
Dipastikan, lanjut Adli, hal tersebut tidak sesuai karena sudah dilakukan proses hukum. Terpidananya sudah menjalani hukuman.
“Tembok pengaman sungai dibangun tahun 2016, dan pernah bermasalah jebol karena banjir bandang yang melanda Sungai Krueng Batee Iliek,” kata Adli.
Berkaca dari insiden itu, sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat (Menko PM), Abdul Muhaimin Iskandar alias Cak Imin pernah menyebut pihaknya menerima laporan yang masuk terkait bangunan pondok pesantren (ponpes) yang dinilai rawan ambruk.
80 Ponpes Rawan Ambruk di Jawa-Aceh
Secara terpisah, Cak Imin mengatakan, laporan terkait sejumlah ponpes yang dinilai rawan ambruk itu diterimanya melalui call center 158.
“Sudah, sampai hari ini sudah 80-an (laporan). Ya kerawanan, intinya kerawanan ambruk,” kata Cak Imin kepada awak media di kawasan Kemayoran, Jakarta Pusat, pada 14 Oktober 2025 lalu.
Di sisi lain, Cak Imin menyampaikan laporan bangunan ponpes rawan ambruk itu paling banyak datang dari wilayah Jawa, lalu disusul Aceh dan Kalimantan.
Menko PM itu menambahkan, laporan yang masuk akan diverifikasi dan dilakukan audit mendalam.
“Kita verifikasi untuk segera kita audit,” tandas Cak Imin.
Red


































