Mengenang Martinus Dwianto Setyawan: Maestro Sastra Anak yang Terus Menginspirasi

banner 728x90

Oleh : Akaha Taufan Aminudin

Kota Batu, Indexindonesia.com – Dalam gelombang literasi Indonesia yang semakin berkembang, sosok Martinus Dwianto Setyawan menonjol sebagai penulis besar dan maestro sastra anak yang tak terlupakan.

Melalui proses kurasi tulisan dari tujuh puluhan penulis dari berbagai daerah, karya-karya beliau kembali dikenang dan ditulis puisi , puisi esai, dan Esai direncanakan ada pertemuan dalam agenda Zoom Meeting Nasional HATIPENA bersama Romo Sindhunata.

Artikel ini mengajak kita merenung tentang warisan sastra anak Indonesia yang penuh warna dan semangat kebangsaan dari para penulis yang berkontribusi serta bagaimana kenangan akan Martinus Dwianto Setyawan terus hidup dalam barisan penggiat literasi di Nusantara.

Jejak Maestro Sastra Anak Dalam Hati Kita

Berbicara tentang sastra anak di Indonesia, nama Martinus Dwianto Setyawan selalu terpatri erat dalam ingatan. Ia bukan sekadar penulis, tapi sosok yang dengan tulus mewariskan dunia penuh imajinasi dan ilmu untuk anak-anak negeri ini.

Bayangkan, membentuk jiwa-jiwa muda lewat bahasa dan cerita yang tidak hanya menarik, tapi juga mendidik — sebuah warisan yang sangat berharga di tengah hiruk-pikuk era digital.

Pada tanggal 17 Agustus 2025 batas final pengumpulan naskah dalam suasana yang sarat dengan kekhidmatan dan semangat kebersamaan, para penulis dari berbagai penjuru Indonesia karya yang sudah terkumpul dikurasi bertahap yang lolos akan bertemu secara virtual melalui Zoom Meeting Nasional HATIPENA.

Mereka bukan hanya sekadar berpartisipasi, tapi juga mencurahkan rasa hormat dan cinta mereka untuk mengenang Martinus Dwianto Setyawan, sang Maestro Sastra Anak. Saat Zoom Metting nanti menghadirkan pula Romo Sindhunata sebagai narasumber, membawakan perspektif filosofis dan spiritual yang menguatkan akar kebudayaan sastra anak.

Dari Kota Batu Hingga Aceh: Harmoni Dalam Kata

Yang menarik, daftar penulis yang ikut serta dalam proses kurasi berjumlah 75 orang! Mulai dari Kota Batu hingga Bussairi D Nyak Diwa di Aceh. Fenomena ini seperti peta kaleidoskop yang merefleksikan keberagaman budaya dan pemikiran di Indonesia sekaligus sebuah gambaran indah bagaimana sastra anak hadir sebagai pengikat hati lintas daerah.

Proses kurasi sendiri bukan hal mudah. Dari tujuh puluhan karya yang masuk, hanya yang terbaik lolos untuk diposting di media sosial dan diterbitkan di Cerah Budaya Internasional.

Ini bukan hanya soal seleksi, tetapi juga soal mempertahankan kualitas dan makna dalam setiap kata yang ditulis. Hal ini menunjukkan konsistensi dan profesionalisme komunitas literasi yang terlibat, seperti HP3N Kota Batu, Komunitas Puisi Esai Jatim, SATUPENA Jawa Timur, dan berbagai komunitas lain yang selalu menjaga standar kesusastraan untuk anak-anak.

Sastra Anak: Lebih dari Sekadar Bacaan

Mengapa kita harus peduli mengenang Martinus Dwianto Setyawan? Karena sastra anak adalah fondasi nilai moral dan budaya bangsa. Menurut pakar pendidikan Prof. Emília T. Lea (2018), bacaan anak yang kaya nilai akan membentuk karakter dan empati sejak dini, berkontribusi pada pembentukan generasi yang lebih bijak dan peduli. Kreativitas dalam sastra anak juga mendorong imajinasi dan membangun rasa cinta tanah air serta lintas budaya.

Tidak heran jika Indonesia kini memiliki banyak penulis muda dan dewasa yang mampu memadukan tradisi lokal dengan perspektif global. Martinus Dwianto Setyawan, dalam konteks ini, sudah membuka jalan bagi banyak penulis berikutnya. Melalui cerita dan puisinya, ia bukan hanya menghibur anak-anak tapi juga menanamkan pesan-pesan luhur yang tak lekang oleh waktu.

Literasi dan Kebudayaan: Mari Kita Terus Menjaga dan Merawatnya

Dalam dunia yang semakin cepat berubah, nilai sastra dan kebudayaan seringkali terlupakan atau dianggap kuno. Namun perjalanan mengenang Martinus mengingatkan kita, bahwa akar-akar budaya harus dirawat dengan penuh cinta dan kesadaran bersama. Komunitas penulis pun seperti pagar kuat yang menjaga agar nilai-nilai luhur tersebut tetap berdiri kokoh.

Marilah kita dukung terus kegiatan literasi seperti ini, baik lewat tulisan, diskusi, maupun acara kebudayaan. Sebab, di tangan generasi muda dan para pegiat sastra, masa depan sastra anak Indonesia akan bercahaya — cerah seterang judul media penerbitan yang melestarikan karya-karya maestro ini: Cerah Budaya Internasional.

Penutup: Kenangan Selalu Hidup dalam Cerita

Sastra seperti aliran sungai yang tak pernah berhenti mengalir. Perjalanan seorang Martinus Dwianto Setyawan tetap berdenyut dalam hati banyak orang dan menyebarkan benih-benih kebaikan untuk anak-anak Indonesia.

Melalui tujuh puluhan penulis yang kami sebut tadi, cerita dan semangatnya terus tumbuh dan berkembang di setiap sisi Nusantara. Mari bergandengan tangan, menulis, membaca, dan mencintai sastra anak, agar warisan abadi ini tak pernah pudar termakan waktu.

Semoga artikel ini menginspirasi Anda untuk lebih mengenal serta mendukung dunia sastra anak Indonesia. Dan jangan lupa, bagikan tulisan ini agar lebih banyak orang turut merayakan karya dan perjalanan maestro sastra kita, Martinus Dwianto Setyawan.

Selasa Kliwon 26 Agustus 2025
Drs. Akaha Taufan Aminudin,
Koordinator Himpunan Penulis Pengarang Penyair Nusantara (HP3N) Kota Batu
Kreator Era AI KEAI JATIM
Wisata Sastra Budaya Jawa Timur

banner 728x90
banner 728x90

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *