Jakarta, Indexindonesia.com – Suara penolakan terhadap rencana kehadiran atlet Israel di Indonesia bergema tegas dari Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).
Ketua PBNU, KH Ahmad Fahrur Rozi (Gus Fahrur), tidak hanya menyatakan penolakan resmi, tetapi juga membingkai sikap tersebut dalam kerangka yang lebih luas: sebagai pemenuhan amanat konstitusi dan kelanjutan dari rekam jejak sejarah bangsa Indonesia yang konsisten melawan penjajahan.Dalam pernyataannya yang disampaikan di Jakarta, Kamis (9/10/2025),
Gus Fahrur menegaskan bahwa memberikan izin bagi atlet Israel untuk bertanding di Indonesia adalah langkah yang kontra-produktif. “Kebijakan seperti ini bukan hanya berpotensi memicu polemik dan kegaduhan di tengah masyarakat, tetapi yang lebih utama, ia mencederai amanat konstitusi kita, UUD 1945, yang dengan jelas menolak segala bentuk penjajahan di muka bumi,” ujarnya dengan tegas.
Dasar Penolakan: Diplomasi, Sejarah, dan MoralGus Fahrur menguraikan tiga pilar utama yang melandasi sikap PBNU:1. Absennya Hubungan Diplomatik: Gus Fahrur mengingatkan bahwa Indonesia dan Israel tidak memiliki hubungan diplomatik.
“Dalam situasi seperti ini, tidak ada landasan hukum maupun manfaat strategis bagi bangsa Indonesia untuk mengizinkan atlet mereka masuk dan berlaga di tanah air kita. Itu adalah sebuah anomali,” jelasnya.2.
Konsistensi Sejarah Bangsa: Untuk memperkuat argumennya, Gus Fahrur menyodorkan fakta sejarah dari tahun 1958, di mana Indonesia dengan gagah berani memilih mundur dari kualifikasi Piala Dunia daripada harus berkompromi dengan prinsip dengan bertanding melawan Israel.
“Sikap itu bukanlah kekalahan, melainkan sebuah kemenangan moral. Itulah bukti nyata konsistensi jiwa bangsa Indonesia yang sejak awal berdiri menentang kolonialisme,” tuturnya.3. Solidaritas dengan Rakyat Palestina: Penolakan ini juga merupakan bentuk nyata dukungan kepada perjuangan rakyat Palestina.
Gus Fahrur menekankan bahwa normalisasi dalam bentuk apa pun, termasuk olahraga, tidak dapat diterima selama agresi dan pendudukan Israel atas tanah Palestina masih berlangsung.
“Solidaritas kita tidak bisa setengah-setengah. Selama rakyat Palestina masih dijajah dan hak-haknya diinjak, maka kita harus berdiri di pihak mereka, bukan malah memberi kesan normal kepada sang penjajah,” tegasnya.Posisi Strategis PBNU dan DampaknyaSebagai organisasi masyarakat Islam terbesar di dunia, pernyataan sikap PBNU ini memiliki bobot politik dan moral yang signifikan.
Pernyataan ini tidak hanya mewakili suara umat Islam Indonesia, tetapi juga mengingatkan pemerintah pada komitmen konstitusional dan sejarah perjuangan bangsa.Gus Fahrur menutup dengan penegasan bahwa PBNU akan tetap berada di barisan terdepan dalam mendukung perjuangan kemerdekaan Palestina. “Dari dulu sampai sekarang, sikap kita jelas dan konsisten: menolak penjajahan, menolak penindasan, dan menolak segala bentuk normalisasi dengan pihak yang melakukan kedua hal tersebut.
Ini adalah prinsip yang tidak bisa ditawar,” pungkasnya.Pernyataan ini diperkirakan akan menjadi pertimbangan penting bagi pemerintah Indonesia dalam menyikapi isu keikutsertaan atlet Israel dalam event olahraga internasional di tanah air, menimbang antara tekanan internasional dan prinsip fundamental bangsa yang dipegang teguh oleh elemen-elemen masyarakat seperti PBNU. Langsung dan Tegas.