Hambalang, Bogor – Rapat terbatas Presiden Prabowo di Hambalang (18/9) menghasilkan setidaknya dua kebijakan yang patut dicermati dari kacamata kebijakan publik: percepatan proyek percontohan listrik surya pedesaan dan reactivasi wacana Giant Sea Wall (GSW). Keduanya memerlukan analisis mendalam melampaui sekadar press release.
- Sprint Energi Surya: Ambisius tapi Penuh Tantangan Teknis
Instruksi Presiden kepada Danantara untuk menyelesaikan prototipe dalam 3-5 bulan adalah langkah yang sangat agresif.Pertanyaan kritisnya: Apakah Danantara memiliki kapabilitas teknis langsung di bidang EBT, yang biasanya menjadi domain PLN atau PT SMI? Pilihan ke Danantara mengindikasikan pendekatan project financing dan Public-Private Partnership (PPP) yang kuat.
Tantangan utama yang harus dijawab:
· Teknologi dan Perawatan: Siapa yang akan melakukan operasi dan pemeliharaan (O&M) di desa terpencil?
· Model Bisnis: Apakah akan menggunakan skema subsidi penuh, keringanan, atau usaha berbayar? Bagaimana menentukan tarif yang terjangkau namun cukup untuk biaya perawatan?
· Keberlanjutan: Apakah proyek percontohan ini sudah memiliki rencana replikasi dan scaling up yang jelas dengan anggaran yang terjamin?
- Giant Sea Wall: Monster Anggaran dan Dilema Sosial-Ekologi
Pembahasan GSW bukan hal baru.Proyek yang digadang-gadang menjadi solusi untuk ancaman tenggelamnya Pantura ini adalah proyek infrastruktur dengan kompleksitas tertinggi.
Beberapa catatan analitis:
· Dana: Nilai proyek ini pernah diperkirakan mencapai miliaran dolar AS. Dalam kondisi APBN yang ketat, dari mana sumber pendanaannya? Apakah melalui utang luar negeri, skema KPBU, atau lainnya?
· Dampak Lingkungan: Sejumlah studi mengingatkan potensi dampak ekologi, seperti mengubah pola arus laut dan mengancam ekosistem mangrove. Kajian Environmental Impact Assessment (Amdal) yang independen dan transparan mutlak diperlukan.
· Dampak Sosial: Proyek ini akan berdampak pada ribuan nelayan, masyarakat pesisir, dan mungkin memicu relokasi. Apakah kajian sosialnya sudah matang? Presiden menyebut dampak pada 50 juta orang—ini bukan angka main-main.
Kesimpulan: Rapat Hambalang berhasil menempatkan isu-isu strategis ke meja. Namun, kecepatan eksekusi (pada listrik surya) dan besarnya skala (pada GSW) harus diimbangi dengan perencanaan mikro yang matang, kajian yang komprehensif, dan transparansi dalam pembiayaan. Masyarakat tidak butuh wacana, tetapi implementasi yang berkelanjutan dan bertanggung jawab.
Red/Ims